Ini tulisan terakhir saya untuk perjalanan saya di Cornell dan New York, kali ini bercerita mengenai beberapa tempat menarik yang sempat saya kunjungi di New York. (Silakan cek bagian pertama dan kedua.) Kota yang padat ini memiliki banyak taman, jaringan subway, banyak perpustakaan, serta sarana yang sangat memadai untuk orang yang berjalan kaki—separuh jalan bisa dipenuhi oleh pejalan kaki. Kota pedestrian deh.
#1: NYPL, Central Park, Rockfeller Center, Lincoln Center
New York Public Library, Schwartzman Building
Fifth Avenue at 42nd Street, New York, NY 10018-2788
New York Public Library Schwartzman, terletak di balik Bryant Park.
Perpustakaan ini banyak berisi koleksi humaniora, sastra, ilmu sosial, dan koleksi anak-anak. Seringkali cabang ini dianggap sebagai cabang utama, tapi masih banyak perpustakaan NY yang bagus-bagus lainnya (dan mereka semua menyediakan wi-fi gratis di dalam lokasi). Untuk daftar lengkapnya, lihat: http://www.nypl.org/locations
Central Park, dan Kinokuniya
Saya sempat mampir sebentar di Kinokuniya. Menemukan satu buku panduan perjalanan berbahasa Jepang yang cukup memaparkan berbagai usaha kecil dan menengah seputar perbukuan, bioskop kecil, craft, dan seni grafis yang menarik di luar atraksi-atraksi utama seperti Empire State Building, Liberty dkk. Dari buku ini saya kemudian mencatat berbagai tempat yang ingin saya datangi—sayangnya tidak semua kesampaian. Silakan klik gambar dan catat tempat-tempat ini bagi yang penasaran :)
Dari Kinokuniya saya menghabiskan waktu berputar-putar di sekitar Central Park. Di sekitar sini banyak kereta kuda, penjual hot dog, pretzel, dan poster-poster pin up. Atraksi-atraksi yang sebaiknya dilihat saja, tidak dilakukan—selain mahal, juga tidak se-wow itu kok. Bagi penggemar Apple, di sekitar daerah ini juga ada toko Apple—saya tidak masuk karena yah, paling ya ra beda karo ning Sutos/GM/mboh ndi maneh… :P
Lincoln Center for the Performing Arts
Saya melanjutkan berjalan kaki ke Lincoln Center for the Performing Arts, untuk menghadiri satu acara mengenai sejarah lisan di perpustakaannya. (Ya, di dalam sini pun ada perpustakaan NYPL lagi, khusus memfokuskan pada seni pertunjukan, film dan musik.) Semestinya ada banyak organisasi di sini, tapi sayangnya sedang tidak banyak kegiatan (gratis) saat saya ke sana. Acara selesai sekitar jam 10 malam, jadi saya kembali ke apartemen.
#2: Brooklyn, 7th Avenue, Columbia University
Hari kedua saya putuskan untuk lebih menjajaki lokasi sekitar apartemen di Brooklyn, tepatnya di Bedford-Stuyvesant. Ini suburb yang konon agak “pinggiran”, banyak penembakan (katanya lho!), “bermasalah”, banyak orang African American dan Latino, dan belum tergentrifikasi. Indikatornya? Tidak ada Starbucks, hehehe (Simon 2010, p.92). Tapi selama saya di sana aman-aman saja kok. Mungkin tidak se-hardcore Bronx, tempat ini memang belum sekinclong Williamsburg, suburb yang banyak menaungi tempat yang direkomendasikan di buku panduan Jepang yang saya sebutkan di atas.
Tempat saya menginap ditinggali oleh dua orang Rusia (Jake dan Yuri) dan satu orang mahasiswa (Kevin) asal Taiwan. Yuri mempelajari lukisan, Jake saya jarang bertemu, sementara Kevin antusias membuat komik.
Desert Island
540 Metropolitan Ave,
Brooklyn NY 11211
open 7 days a week, Mon-Sat 12-9 pm, Sun 12-7 pm
desertislandbrooklyn@gmail.com
www.desertislandbrooklyn.com
Desert Island adalah toko komik independen di Brooklyn, yang didirikan dan dikelola oleh Gabriel Fowler. Rupanya toko ini sudah berdiri sejak 2008, dan sering pula menggelar berbagai acara. Banyak buku-buku, komik dan zine yang akan membuat penggemar komik ngiler-ngiler dan betah di sini. Dari Tekkon Kinkreet, Dash Shaw, Chris Ware, Natsume Ono sampai tanpa nama di zine. Gondoknya, beberapa hari setelah saya datang, Dash Shaw bikin acara di sana, hahaha…
Spoonbill & Sugartown
Berjalan sedikit dari Desert Island, kita bisa menemukan satu lagi toko buku asik, Spoonbill & Sugartown.
Book Thug Nation
100 North 3rd Street, Brooklyn, New York; between Berry Street and Wythe Avenue.
http://www.bookthugnation.com/
Berbeda dengan Spoonbill dan Desert Island, Book Thug Nation adalah toko buku bekas, yang juga aktif menggelar acara. Tapi yah begitulah,s ayangnya selama saya di sana tidak ada acara satupun di tempat-tempat ini…
Brooklyn Art Library
103A N. 3rd St,
Brooklyn, NY 11211
http://shop.brooklynartlibrary.com/
Brooklyn Art Library adalah rumah dari The Sketchbook Project yang dikelola oleh Art House. Fungsinya memang menjadi semacam ruang display berbagai projek dan produk mereka.
Saya kemudian melanjutkan mencari studio-studio letterpress, tapi sayangnya tidak ketemu. Karena hari sudah makin sore, sementara saya masih ada satu tempat tujuan lagi, Columbia University, yang jauhnya 20 kilo lebih berjalan kaki, akhirnya saya pun berbelok ke utara, ke Manhattan.
Kenapa Columbia U? Alasannya konyol. Ada yang pernah baca komik Cipher atau Alexandrite karangan Minako Narita? Yah, itu alasannya. Tidak penting, memang. Tapi yah, kalau suatu saat saya ke Paris, saya juga akan cari axolotl, meski katanya sekarang sudah tidak ada.
#3: Museum of Modern Art
Hari ketiga saya habiskan di MoMA. Untuk tiket masuk kita harus membayar $25, jadi ya, puas-puasin deh di sini sampai jam tutup—mana tutupnya cepat, 5.30 pm.
Di MoMA saat saya di sana sedang digelar pameran desain terapan. Deja vu kuliahan, kursi Eames dkk. Setelah dulu mual-mual dan dengan sangat sok merasa, “That’s a load of codswallop,” sekarang saya dapat setidaknya cengengesan sedikit mengingat materi yang saya pelajari dulu. Dan yah… dulu saya hanya mengenal pasangan Eames sebagai sekedar nama yang sering muncul dalam buku sejarah desain. Setelah saya menonton film biografinya, juga Powers of Ten, saya jadi lebih kepincut dengan perilaku, etos dan studio mereka yang seru.
Dalam tema desain ini, dipamerkan pula karya-karya baru seperti 3D printing yang asyiknya menggunakan tenaga matahari, dan dalam video ya ditunjukkan dapat membuat mangkuk periuk dari silica pasir di padang gurun. (Meski saya baca terakhir NASA bikin 3D printing untuk mencetak pizza…. )
Di laintai lain adalah pameran 9+1 ways of being political: 50 years of political stances in architecture and urban design. Poster mengenai España Library karya Giancarlo Mazzati di daerah Colombia, meski sejujurnya saya agak kaget juga melihat dari daerah slum berubah menjadi desain yang spektakuler. Tapi yah, saya sama sekali tidak tahu menahu mengenai konteks dan situasinya sih.
Pameran berikutnya adalah Inventing Abstractions: 1910-1925. Haha, MoMA going Social Network Theory. MoMA dulu diluncurkan oleh Alfred H. Barr Jr. di tahun 1936 dengan salah satu pameran utamanya Cubism and Abstract Art, dan membawa gerakan yang banyak bergulir di Eropa ini terwacanakan di Amerika. Menariknya sekarang di sini kita bisa melihat semacam pergeseran penggambaran perkembangan abstrak yang dulunya digambarkan sebagai gerakan bersifat kronologis, bergeser menjadi bersifat jejaring, dan lebih menekankan peran Aktor-Jaringan.